Ekonomi teknik berhadapan dengan pertimbangan pemilihan proyek. Banyak insinyur bekerja pada proyek umtuk menunjuk aktifitas mana yang harus ditetapkan atau dalam penyelesaian masalah. Manapun keputusan mengenai proyek harus dibenarkan. Dalam bisnis, keputusan dibenarkan menggunakan ukuran-ukuran moneter seperti beruntung. Keputusan seperti itu dilakukan di tingkatan manejerial dan banyak insinyur menjadi para manejer di ;ingkungan manufacturing. Oleh karena itu, semua insinyur dengan mengabaikan ketenaga-kerjaan mereka, perlu mengetahui metode dan alat yang digunakan dalam evaluasi proyek. Tujuan ekonomi teknik adalah untuk mengevaluasi proyek melalui justification dan selection dengan metode/ teknik yang digunakan.
Dari pandangan tersebut, jelas bahwa dalam ekonomi teknik digunakan untuk mengevaluasi proyek baik menyeleksi atau membenarkan apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Evaluasi menyeleksi dilakukan apabila selain proyek tersebut juga terdapat alternatif-alternatif lain atau disebut multiple project. Namun dalam single project, evaluasi dilakukan dengan memberikan justification atau membenarkan apakah proyek tersebut layak atau tidak.
A. PENDAPATAN DAN PROFIT
Pendapatan adalah jumlah pembayaran yang diterima perusahaan dari penjualan barang atau jasa. Pendapatan dapat dihitung sebagai berikut :
Pendapatan = Kuantitas terjual x Harga per unit
Profit dapat didefinisikan sebagai berikut :
Profit = Income – Expenses
dimana income (pemasukan) dapat diperoleh dari banyak sumber, seperti pendapatan, bunga/ pengembalian (interest), persewaan (rental), dan lain-lain, sedangkan expenses merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dan akan diklasifikasikan dalam pembahasan berikutnya.
Dalam kaitannya dengan depresiasi dan pajak, profit dapat dirumuskan sebagai berikut :
Before Tax Profit = Income – Expenses
After Tax Profit = Before Tax Profit – Depreciation – Taxes Paid + Depreciation
Atau.
Profit = Revenue – Total Cost
Sehingga,
Before Tax Profit = Revenue – Total Cost
B. KLASIFIKASI BIAYA
Biaya-biaya dapat diklasifikasikan dari berbagai perspektif yang berbeda sebagai berikut :
1. Recurring and Non Recurring Costs
a. First Costs (biaya-biaya pertama), adalah total biaya dari suatu aset (berbagai hal berharga yang dimiliki oleh suatu perusahaan) yang diperlukan untuk memulai suatu proyek. Biaya ini meliputi ongkos pembelian suatu aset dan semua biaya-biaya yang diperlukan saat mengerjakannya. Investasi suatu aset juga sering dikenal sebagai biaya utama. Biaya utama adalah suatu biaya non recurring sebab terjadi ketika suatu proyek baru dimulai.
b. Operation and Maintenance Costs ( biaya - biaya operasi dan pemeliharaan), merupakan biaya-biaya terjadi pada periode tertentu sepanjang hidup suatu proyek. Biaya-biaya ini dibayar ketika terjadi dan bersifat mengulang sampai akhir umur proyek (recurring). Sebagai contoh, biaya tenaga kerja dibayar tiap dua mingguan atau bulanan, atau rekening/ daftar kegunaan dibayar tiap bulanan.
2. Fixed and Variable Costs
a. Fixed Costs (biaya-biaya tetap), adalah biaya-biaya yang tidak berubah pada suatu tingkatan aktivitas tertentu.
b. Variable Costs (biaya-biaya tidak tetap), biaya-biaya yang berubah pada tiap tingkatan aktivitas tertentu dengan menggunakan fixed cost dan variable cost, maka dapat dihitung total cost sebagai berikut :
Total Cost = Fixed Cost + n (Variable Cost)
dimana, n = number of unit produced (or level of activity), jika unit diproduksi atau level aktivitas lebih dari satu.
3. Incremental Costs (biaya-biaya penambahan) digambarkan sebagai biaya-biaya ekstra yang diperlukan untuk membuat unit tambahan.
4. Sunk Costs ((biaya-biaya ditenggelamkan). Biaya-niaya ini biasanya dalam kaitan dengan kekeliruan masa lampau. Apapun alasan untuk sunk cost, harus tidak digunakan dalam membuat keputusan masa depan.
5. Opportunity Cists (biaya-biaya kesempatan). Konsep biaya ini berhadapan dengan pemanfaatan sumber daya. Jika suatu sumber daya digunakan pada suatu tempat, berarti tidak bias digunakan pada tempat lain. Biaya tidak menggunakan sumber daya itu disebut opportunity cost.
6. Life Cycle Costs (biaya-biaya perputaran hidup). Biaya perputara hidup suatu proyek diperlakukan sebagai total dari semua biaya-biaya yang terjadi selama masa proyek. Biaya ini boleh meliputi biaya disain dan pengembangan produk, semua recurring dan non recurring cost, dan semua biaya-biaya yang berhubungan dengan penundaan suatu proyek. Biaya terutama bermanfaat dalam membuat keputusan tentang produksi baru.
C. DEPRESIASI DAN PAJAK
Depresiasi didefinisikan sebagai penurunan nilai atau kekurangan nilai dari aset atas waktu. Sedangkan pajak adalah persentase yang harus dibayar atas profit yang didapat dari bisnis/ usaha.
Di Indonesia (www.pajak.go.id), besar tarif pajak untuk Badan Dalam Negeri diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
- Lapisan penghasilan kena pajak tarif pajak sampai dengan Rp 50.000.000 sebesar 10%
- Diatas Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000 sebesar 15%
- Diatas Rp. 100.000.000 sebesar 30%
sedangkan depresiasi dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
- Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, dan hak pakai yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dengan metode garis lurus (straight line methode) dan atau metode saldo menurun (declining balance methode) secara taat asas.
- Khusus bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus.
- Penyusutan untuk pertama kali dimulai pada bulan dilakukan pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan dimulai pada bulan selesai pengerjaan harta tersebut.
Sebenarnya masih terdapat enam ketentuan depresiasi lainnya. Namun dalam menjelaskan jenis depresiasi yang digunakan dan waktu dilakukannya, tiga ketentuan diatas cukup mewakili.
D. ARUS KAS
Arus kas merupakan gambaran arus keuangan dari auatu usaha/ proyek. Dalam penyusunannya nanti jika dikaitkan dengan depresiasi dan pajak, para ahli mengklasifikasikannya dalam 2 (dua) jenis, yaitu arus kas sebelum pajak (before tax cashflow-BTCF) dan arus kas sesudah pajak (after tax cashflow-ATCF). (Anonim).
a. Before Tax Cashflow
Before tax cashflow dapat didefinisikan sebagai proyeksi before tax profit selama umur proyek.
Tabel Sistematika Proyeksi Before Tax Cashflow
Year | Revenue | Operation & Maintenance Cost | Total Cost | BTCF (Before Tax Profit) | |
Fixed Cost | Variable Cost | ||||
a | b | c | d | e = c + d | f = b - e |
0 | | | | | - (First Cost) |
1 | | | | | |
2 | | | | | |
…. | | | | | |
n | | | | | + (Salvage Value) |
b. After Tax Cashflow
Seperti halnya Before tax cashflow, After Tax Cashflow juga dapat didefinisikan sebagai proyeksi After Tax Profit selama umur proyek.
Tabel Sistematika Proyeksi after tax cashflow
BTCF | (Before Tax Profit) | Depreciation | Taxable Income | i% Income Tax | ATCF (After Tax Profit) |
a | b | c | d = b - c | e = - i% . d | f = b + e + c |
0 | | | | | - (First Cost) |
1 | | | | | |
2 | | | | | |
…. | | | | | |
n | | | | | + (Salvage Value) |
E. NILAI WAKTU DARI UANG DAN KRITERIA EVALUASI
a. Nilai Waktu Dari Uang
Pengertian bahwa nilai satu rupiah akan bernilai tinggi di waktu yang akan datang merupakan konsep dasar dalam membuat keputusan investasi. Nilai uang berdasarkan pengaruh waktu dapat dapat diketahui dengan menggunakan Formula Faktor Interest. (lihat postingan sebelumnya tentang Faktor dan Tabel Interest)
b. Kriteria Evaluasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar