1
Ide Kewirausahaan
Seperti telah dikemukakan bahwa
(wirausaha dapat manambah nilai suatu, barang dan jasa melalui inovasi)
Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan produk, proses,
dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu inovasi
merupakan instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan
sesuatu yang baru dan menciptakan ketangguhan kewirausahaan sebagai penggerak
perekonomian terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai secara
terus-menerus. Wirausaha dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua
tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi pengendali
usaha (business driven). Sernua
tantangan bisa menjadi peluang apabila ada inovasi, misalnya menciptakan permintaan
melalui penemuan baru Dengan penemuan baru para pengusaha (business innovation) perusahaan mengendalikan pasar (market-driven), dan akhirnya membuat
ketergantungan konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen tidak lagi
tergantung pada konsumen (seller marked)
seperti falsafah pemasaran yang konvensional.
(Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal
dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di
pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi
peluang usaha)
(Dalam mengevaluasi untuk menciptakan
nilai-nilai potensial (peluang usaha), wirausaha perlu mengidentifikasi dan
mengevaluasi semua risiko mungkin terjadi dengan cara):
(1)
Pengurangan
kemungkinan risiko melalui melalui strategi yang proaktif.
(2)
Penyebaran
risiko pada aspek yang paling mungkin.
(3)
pengelolaan
risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.
Ada tiga risiko yang dapat dievaluasi,
yaitu: (1) Risiko pasar atau risiko persaingan, (2) Risiko finansial, dan (3)
Risiko teknik. Risiko pasar terjadi akibat adanya ketidakpastian pasar. Risiko
finansial terjadi akibat rendahnya hasil penjualan dan tingginya biaya. Risiko
teknik terjadi sebagai akibat adanya kegagalan teknik Pada hakikatnya,
ketidakpastian pasar terjadi akibat dari berbagai faktor seperti lingkungan
ekonomi, teknologi, demografi, dan sosial politik.
Menurut Zimmerer (1996: 82) kreativitas
sering kali muncul dalam bentuk ide-ide untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa
baru/ Ide itu sendiri bukan peluang dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak
mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus menerus. Banyak ide yang
betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta ketika wirausaha memiliki
cara pandang baru terhadap ide yang lama Pertanyaannya, bagaimana ide
bisa_menjadi peluang. Ada beberapa cara, antara lain:
(1)
Ide
dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/metode yang
lebih-lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi
kebutuhannya.
(2)
Ide
dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.
(3)
Ide
dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan dilakukan atau
modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan.
Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan
adalah perubahan dalam bentuk arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi
baru tentang barang yang dihasilkan perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil
bukan atas ide sendiri tetapi hasil pengamatan dan penerapan ide-ide orang lain
yang bisa dijadikan peluang.
2
Sumber-Sumber Potensial Peluang
Agar ide-ide yang masih potensial
menjadi peluang bisnis yang riil, maka wirausaha harus bersedia melakukan
evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus (proses penjaringan ide atau
disebut proses screening merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide
potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam penjaringan
(screening) ide dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Menciptakan
Produk Baru dan Berbeda.
Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan
jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa
yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai
bagi pembeli atau penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa itu harus bernilai
bagi konsumen baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu,
wirausaha harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam
mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang perlu diperhatikan:
(a)
permintaan
terhadap barang/jasa yang dihasilkan.
(b)
Waktu
penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa.
Dengan demikian, jelaslah bahwa
wirausaha yang sukses perlu menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan
nilai kepada konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa tersebut
dapat meningkatkan efisiensi bagi pemakainya? Berapa besarnya? Apakah perbaikan
dalam efisiensi dapat diketahui oleh pembeli potensial? Berapa persen target
yang ingin dicapai dari segmentasi tersebut? Pertanyaan-pertanyaan di atas
penting dalam menciptakan peluang.
Secara implisit, apabila wirausaha baru
memfokuskan pada segmen pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat
tergantung pada perilaku segmen pasar. Kemampuan untuk memperoleh peluang itu
sendiri sangat tergantung pada kemampuan wirausaha untuk menganalisis pasar
yang meliputi aspek:
(a)
Kemampuan
untuk menganalisis demografi pasar.
(b)
Kemampuan
untuk menganalisis sifat serta tingkah laku pesaing.
(c)
Kemampuan
untuk menganalisis keunggulan bersaing pesaing dan kefakuman pesaing yang
dianggap dapat menciptakan peluang.
(2) Mengamati Pintu
Peluang. Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang memiliki pesaing,
misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman keberhasilan
dalam mengembangkan produk baru, dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan
yang dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi
pasar dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan-kelemahan dan risiko pesaing
dalam menanamkan modal barunya.
Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan,
dan peluang yang dimiliki pesaing dan peluang yang dapat kita peroleh, ada
beberapa pertanyaan penting, yaitu:
(a)
Pertanyaan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam pengembangan produk,
meliputi:
·
Bagaimana
kemampuan teknik yang dimiliki pesaing dalam pengembangan produk jika
dibandingkan kemampuan teknik yang kita miliki?
·
Bagaimana
track-record pesaing untuk mencapai sukses dalam pengembangan produk?
(b)
Pertanyaan
untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing tentang kapabilitas dan
sumber-sumber yang dimiliki, meliputi:
·
Sejauh
mana kemampuan dan kesediaan pesaing untuk melakukan investasi dalam
pengembangan produk baru dan produk awal?
·
Keunggulan
pasar apa yang dimiliki oleh pesaing?
(c)
Pertanyaan
untuk menentukan apakah pintu peluang ada atau tidak, meliputi:
·
Sejauh
mana kecepatan perusahaan membawa produk ke pasar dapat mendahului pesaing?
·
Apakah
kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan cukup untuk membawa
produk ke pasar yang sedang dikuasai pesaing?
·
Apakah
perusahaan memiliki kekuatan yang cukup untuk menguasai serangan pesaing?
Menurut Zimmerer (1996: 87) ada beberapa
keadaan yang dapat menciptakan peluang, yaitu:
(a)
Produk
baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif singkat.
(b)
Kerugian
teknik harus rendah. Oleh karena itu, penggunaan teknik harus dipertimbangkan
sebelumnya.
(c)
Bila
pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya.
(d)
Pesaing
tidak memiliki teknologi canggih.
(e)
Pesaing
sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya.
(f)
Perusahaan
baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk barunya.
(3)
Analisis Produk dan Proses Produksi Secara
Mendalam. Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan
kualitas produk yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang
dikeluarkan untuk membuat produk tersebut? Apakah biaya yang kita keluarkan
lebih efisien daripada biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?
(4)
Menaksir Biaya Awal,
yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana sumbernya dan untuk
apa digunakan? Berapa yang diperlukan untuk operasi, untuk perluasan dan untuk
biaya lainnya?
(5)
Memperhitungkan Risiko yang Mungkin Terjadi, misalnya risiko teknik, risiko
finansial, dan risiko pesaing. Jangka pesaing adalah kemampuan dan kesediaan
pesaing untuk mempertahankan posisinya di pasar. Risi Pesaing meliputi pertanyaan: (1) Kemungkinan kesamaan dan
keunggulan produk apa yang dikembangkan pesaing? (2) Tingkat keberhasilan apa
yang telah dicapai oleh pesaing dalam pengembangan produknya? (3) Seberapa jauh
dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan produk yang
diperkenalkannya? (4) Apakah perusahaan baru cukup kuat untuk mengatasi
serangan-serangan pesaing?
Sedangkan risiko teknik berhubungan dengan proses pengembangan produk yang
cocok dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek penentu apakah ide
secara aktual dapat ditransformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas
dan karakteristiknya. Risiko finansial
adalah risiko yang timbul sebagai akibat ketidakcukupan finansial baik dalam
tahap pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan mempertahankan
perusahaan untuk mendukung biaya produk baru.
Analisis kelemahan, kekuatan, peluang,
dan ancaman atau analisis strength, de
weakness, opportunity, and threat (SWOT) sangat penting dalam menciptakan
keberhasilan perusahaan baru.
3
Bekal Pengetahuan Dan Kompetensi Kewirausahaan
Seperti dikemukakan dalam hasil survei
yang dilakukan oleh Lambing, (2000) bahwa kebanyakan responder yang menjadi
wirausaha berasal dari pengalaman sehingga ia memiliki jiwa dan watak
kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, bersyaratan utama
yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. dan watak
kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, kompetensi.
Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.
Seperti telah dikemukakan, bahwa
seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiiki jiwa dan kemampuan tertentu
dalam berkreasi dan berinovasi. la adalah jarang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda : (ability
to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovati
(Kemampuan aktif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan
dan kemauan untuk dimulai usaha (start-up),
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian
untuk menanggung risiko (risk bearing)
dan kemampuan untuk pengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemauan dan
kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk :
(1)
menghasilkan
produk atau jasa baru (the new product or
new service).
(2)
Menghasilkan
nilai tambah baru (the new value added).
(3)
Merintis
usaha baru (new businesess).
(4) Melakukan proses/teknik baru (the new technic).
(5)
Mengembangkan
organisasi baru (the new organization).
Wirausaha berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus sebagai pelaksana
usaha (businessman). sebagai
perencana (planner), wirausaha berperan:
(1)
Merancang
perusahaan (corporate plan).
(2)
Mengatur
strategi perusahaan (corporate strategy).
(3)
Pemrakarsa
ide-ide perusahaan (corporate image).
(4)
Pemegang
visi untuk memimpin (visioner leader).
Sedangkan sebagai pelaksana usaha (businessman), wirausaha berperan:
(1)
Menemukan,
menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda (create the new and different).
(2)
Meniru
dan menduplikasi (imitating and
duplicating).
(3)
Meniru
dan memodifikasi (imitating and
modification).
(4)
Mengembangkan
(develop) produk baru, teknologi baru,
citra baru, dan organisasi baru.
Karena wirausaha identik dengan
pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik dan manajer, maka wirausahalah
yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan menanggung risiko. Seperti
telah dibahas pada Bab 3 bahwa untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus
dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas kemampuan dan
komitmen kecukupan modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan pikiran.
Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan
beberapa kemampuan (ability). Menurut
Casson (1982), yang dikutip Yuyun
Wirasasmita (1993: 3) ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:
(1)
Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang
usaha yang akan dilakukannya atau ditekuninya.
(2)
Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan
perspektif serta tidak mengandalkan pada sukses di masa lalu.
(3)
Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis
misalnya pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan
pemasaran.
(4)
Search skill, yaitu kemampuan untuk menemukan,
berkreasi, dan berimajinasi.
(5)
Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.
(6)
Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan kemampuan
memprediksi keadaan masa yang akan datang.
(7)
Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi,
bergaul, dan berhubungan dengan orang lain.
Dengan beberapa keterampilan dasar di
atas, maka seseorang akan memiliki kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan.
Menurut Dan & Bradstreet Business Credit Service (1993: 1), ada 10
kompetensi yang harus dimiliki, wirausaha, yaitu:
(1)
Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang
akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausaha harus mengetahui segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan lakukan.
Misalnya, seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki
pengetahuan tentang perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus
memiliki pengetahuan tentang cara memasarkan komputer.
(2)
Knowing the basic business
management, yaitu
mengetahui dasar-dasar pengelolaan Ac bisnis, misalnya cara merancang usaha,
mengorganisasikan dan mengendalikan ke perusahaan, termasuk dapat
memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan dan membukukan
kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat,
cara, proses, dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara efektif dan
efisien.
(3)
Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar
terhadap usaha yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan,
pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh, dan tidak setengah hati.
(4)
Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal
tidak hanya berbentuk materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati
merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup
uang, tenaga, tempat, dan mental.
(5)
Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan
mengatur/mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan
menggunakannya secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.
(6)
Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu
seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
(7)
Managing
people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan, menggerakan
(memotivasi), dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
(8)
Satisfying customer by providing
high quality product,
yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa
yang bermutu, bermanfaat, dan memuaskan.
(9)
Knowing how to compete, yaitu mengatahui strategi / cara
bersaing. Wirausaha, harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus
menggunakan analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.
(10)
Copying with regulations and
paperwork, yaitu membuat
aturan/pedoman yang jelas (tersurat, tidak tersirat).
Di samping keterampilan dan kemampuan,
wirausaha juga harus memiliki pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff,
John M. Memphil, Jr dan Douglas Doud (1993: 8) ada empat kemampuan utama yang
diperlukan untuk mencapai pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan berhasil,
di antaranya:
(1)
Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang
rancang bangun (know-how) sesuai
dengan bentuk usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan dalam bidang teknik
produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang
dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.
(2)
Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan
pasar yang cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. la harus mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang
spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum dikelola pesaing.
(3)
Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang
keuangan, mengatur pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhitungan laba/rugi.
la harus mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya.
(4)
Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan
hubungan personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan
antar-perusahaan. la harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.
Sedangkan menurut Norman " M. Scarborough (1993), kompetensi kewirausahaan yang
diperlukan sebagai syarat-syarat bisnis tersebut, meliputi:
(1)
Proaktif,
yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas.
(2)
Berorientasi
pada prestasi/kemajuan, cirinya:
(a)
Selalu
mencari peluang.
(b)
Berorientasi
pada efisiensi.
(c)
Konsentrasi
untuk kerja keras.
(d)
Perencanaan
yang sistematis.
(e)
Selalu
memonitor (check and recheck).
(3)
Komitmen
terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya:
(a)
Selalu
penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.
(b)
Mengenali
pentingnya hubungan bisnis.
Umumnya, wirausaha yang memiliki
kompetensi-kompetensi tersebut, cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh
karena itu, bekal kewirausahaan yang berupa pengetahuan dan bekal keterampilan
kewirausahaan perlu dimiliki. Beberapa bekal pengetahuan yang perlu dimiliki
misalnya:
(1)
Bekal
pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada di
sekitarnya.
(2)
Bekal
pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.
(3)
Pengetahuan
tentang kepribadian dan kemampuan diri.
(4)
Pengetahuan
tentang manajemen dan organisasi bisnis.
Dalam lingkungan usaha yang semakin
kompetitif, pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan yang dilakukan mutlak
diperlukan bagi seorang wirausaha. Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan
itu di antaranya pengetahuan tentang pasar dan strategi pemasarannya,
pengetahuan tentang konsumen (pelanggan), pengetahuan tJntang pesaing, baik
yang baru masuk maupun yang sudah ada, pengetahuan tentang pemasok, pengetahuan
tentang cara mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan, termasuk
kemampuan menganalisis dan mendiagnosis pelanggan, mengidentifikasi segmentasi,
dan motivasinya. Di samping itu, sangat penting pengetahuan spesifik seperti
pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntansi dan pembukuan, jadwal produksi,
manajemen personalia, manajemen keuangan, pemasaran, dan perencanaan.
Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup
jika tidak dilengkapi dengan bekal keterampilan. Beberapa hasil penelitian
terhadap usaha kecil menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha yang berhasil
cenderung memiliki tingkat keterampilan khusus cukup. Beberapa keterampilan
yang perlu dimiliki itu di antaranya:
(1)
Keterampilan
konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko.
(2)
Keterampilan
kreatif dalam menciptakan nilai tambah.
(3)
Keterampilan
dalam memimpin dan mengelola.
(4)
Keterampilan
berkomunikasi dan berinteraksi
(5)
Keterampilan
teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.
Pengetahuan, keterampilan, dan kamampuan
kewirausahaan itulah yang membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan
Bradstreet (1993), pengusaha kecil harus memiliki kepribadian khusus yaitu
penuh pendirian, realistic, penuh harapan, dan penuh komitmen. Modal yang
cukup, bisa diperoleh apabila perusahaan mampu mengembangkan hubungan baik
dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan nubungan baik itulah akan
menambah kepercayaan dari penyandang dana. Penggunaan Jana tersebut harus
efektif agar memperoleh kepercayaan yang terus-menerus. Menurut Ronald J. Ebert
(2000: 117) bahwa efektivitas manajer perusahaan tergantung pada keterampilan
dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen (Basic
Management Skill) tersebut meliput:
(1)
Technical skill, yaitu keterampilan yang diperlukan
untuk melakukan tugas-tugas khusus, seperti sekretaris, akuntan-auditor, dan
ahli gambar.
(2)
Human relations skill, yaitu keterampilan untuk memahami,
mengerti, berkomunikasi, dan berelasi dengan orang lain dalam organisasi.
(3)
Conceptual skill, yaitu kemampuan personal untuk
berpikir abstrak, untuk mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi yang
berbeda, dan melihat situasi luar. Keterampilan konseptual sangat penting untuk
memperoleh peluang pasar baru dan menghadapi tantangan.
(4)
Decision making skill, yaitu keterampilan untuk merumuskan
masalah dan memilih cara bertindak yang terbaik untuk mernecahkan masalah
tersebut. Ada tiga tahap utama dalam pengambilan keputusan, yaitu:
(a)
Merumuskan
masalah, mangumpulkan fakta, dan mengidentifikasi alternatif pernecahannya.
(b)
Mengevaluasi
setiap alternatif dan memilih alternatif yang terbaik.
(c)
Mengimplementasikan
alternatif yang terpilih, menindaklanjutinya secara periodik, dan mengevaluasi
keefektifan yang telah dipilih tersebut.
(5)
Time management
skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur waktu seproduktif
inungkin.
Kemampuan mengusai persaingan, merupakan
hal yang tidak kalah pentingnya dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui
kelemahan dan kekuatan sendiri, dan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki
persaing. seperti dikemukakan Dan & Bradstreet (1993): "My best advice for competing successfully is to find your own
distinctive niche in the marketplace". Seorang wirausaha harus
memiliki keunggulan yang merupakan kekuatan bagi dirinya dan harus memperbaiki
kelemahan agar menghasilkan keunggulan. dan kekuatan yang kita miliki atau
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki pesaing merupakan peluang yang harus
digali. Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan tersebut biasanya tampak dalam
berbagai hal, misalnya dalam pelayanan, harga barang, kualitas barang,
distribusi, promosi, dan lain-lain. Variabel-variabel dalam bauran pemasaran
(marketing mix) secara strategis pada umumnya bisa dijadikan peluang. Semua
informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan dapat diperoleh dari
berbagai sumber, misalnya dari pelanggan, karyawan, lingkungan sekitar,
distributor, laporan rutin, periklanan, dan pameran dagang.
Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak
diperlukan bagi seorang wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam Small
Busines Development Centre (5-6) bahwa wirausaha yang berhasil memiliki lima
kompetensi yang merupakan fungsi dari kapabilitas yang diperlukan, yaitu
technical, marketing, personnel, and management. Wirausaha sebagai manajer dan
sekaligus sebagai pemilik perusahaan dalam mencapai keberhasilan usahanya harus
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap, tujuan, pandai mencari peluang,
dan adaptif dalam menghadapi perubahan. Menurut Small Business Development
Center, untuk mencapai keberhasilan usaha yang dimiliki sendiri, sangatlah
tergantung pada:
(1)
Individual skills and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap
individual.
(2)
Knowledge of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang
akan dilakukan.
(3)
Establishment of goal, yaitu kemantapan dalam menentukan
tujuan perusahaan.
(4)
Take advantages of the
apportunities,
yaitu keunggulan dalam mencari peluang-peluang.
(5)
Adapt to the change, yaitu kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan.
(6)
Minimize the threats to business, yaitu kemampuan untuk meminimalkan
ancaman terhadap perusahaan.
Di samping bekal pengetahuan dan
keterampilan di atas, pada akhirnya seorang wirausaha harus memiliki
perencanaan strategis yaitu suatu proses penentuan tujuan, menetapkan
langkah-langkah yang harus diambil untuk mengidentifikasi sumber-sumber daya
perusahaan, misalnya fasilitas, pasar, produk/jasa, dana, dan karyawan.
Strategi tersebut sangat penting agar para wirausaha dapat menggunakan sumber
daya seoptimal mungkin. Dengan lebih proaktif dalam menghadapi perubahan, dan
selalu memotivasi karyawan maka peluang untuk mencapai keberhasilan lebih mudah
diwujudkan. Menurut Allan Fillet dan Robert W. Price (1991:1-2) untuk mencapai
keberhasilan dalam wirausaha khususnyq.perusahaan kecil, ada beberapa
klasifikasi strategi yang harus dimiliki, meliputi:
(1)
Craft; firms are prepared by people who are technical specialist.
(2)
Promotion; promotion are typically
dominated by their leader and 'are designed to exploit some kind of innovative
advantages.
(3)
Administrative; administrative firm
have formal management and are built around neccesary business function.
Menurut Alan C. Fillet' dan Robert W
Pricer (1991: 1)".. karena perusahaan kecil kerja, tergantung pada
lingkungan setempat, maka perusahaan tersebut akan berhasil bila
lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu, pada umumnya perusahaan kecil menggunakan kecakapan khusus atau human skill. Human skill adalah kemampuan untuk bekerja, memahami, dan kemampuan untuk memotivasi orang- C, orang, baik sebagai individu maupun kelompok. Selanjutnya, conceptual skill merupakan me mental ability untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks. Jadi, ability ME diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai tugas dalam perusahaan. Dalam rumusan yang lebih sederhana, kemampuan berwirausaha bisa dilihat dari keterampilan manajerial. Robert Katz yang dikutip oleh Stephen P. Robbins da (1993) mengemukakan tentang management skill, yang meliputi kemampuan technical, human, dan conceptual. Technical skill adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan "craft firm". Human skill adalah kemampuan bersosialisasi, bergaul dan ka berkomunikasi, dan conceptualskill adalah kemampuan merencanakan, merumuskan, ME meramalkan, atau memprediksikan.
lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu, pada umumnya perusahaan kecil menggunakan kecakapan khusus atau human skill. Human skill adalah kemampuan untuk bekerja, memahami, dan kemampuan untuk memotivasi orang- C, orang, baik sebagai individu maupun kelompok. Selanjutnya, conceptual skill merupakan me mental ability untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks. Jadi, ability ME diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai tugas dalam perusahaan. Dalam rumusan yang lebih sederhana, kemampuan berwirausaha bisa dilihat dari keterampilan manajerial. Robert Katz yang dikutip oleh Stephen P. Robbins da (1993) mengemukakan tentang management skill, yang meliputi kemampuan technical, human, dan conceptual. Technical skill adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan "craft firm". Human skill adalah kemampuan bersosialisasi, bergaul dan ka berkomunikasi, dan conceptualskill adalah kemampuan merencanakan, merumuskan, ME meramalkan, atau memprediksikan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa untuk menjadi wirausaha yang berhasil seseorang harus
memiliki bekal pengetahuan kewirausahaan dan bekal keterampilan kewirausahaan.
Bekal pengetahuan yang terpenting adalah bekal pengetahuan bidang usaha yang
dimasuki dan lingkungan usaha, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab,
pengetahuan tentang kepribadian, kemampuan diri, pengetahuan tentang manajemen
dan organisasi bisms. Sedangkan bekal keterampilan yang perlu dimiliki meliputi
keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan kreatif keuntungan risiko, keterampilan kreatif
dalam menciptakan nilai tambah, keterampilan dalam berkomunikasi dan memimpin
dan mengelola, keterampilan berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang
usaha (Soesarsono Wijandi, 1988: 29).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar