1.
Pengertian Proses Produksi
Proses diartikan
sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber
(tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi
adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa
(Assauri, 1995).
Proses juga diartikan
sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan danan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa.
Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik
menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi
yang ada.
Melihat kedua definisi
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan
untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan
dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
1.
Jenis-Jenis Proses Produksi
Jenis-jenis proses
produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses produksi
dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk,
proses assembling, proses transportasi
dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari, 2002). Proses produksi
dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi produk akhir,
terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous processes)
dan proses produksi terputus-putus (Intermettent processes).
Perusahaan menggunakan
proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah
sampai proses produksi akhir. Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat
urutan atau pola yang pasti dari bahan baku
sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu berubah (Ahyari, 2002).
Penentuan tipe
produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti: (1) volume atau jumlah produk
yang akan dihasilkan, (2) kualitas produk yang diisyaratkan, (3) peralatan yang
tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan pertimbangan cermat mengenai
faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe
proses produksi yang paling cocok untuk setiap situasi produksi.
Macam tipe
proses produksi dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai
berikut (Yamit, 2002):
1. Proses
produksi terus-menerus
Proses produksi
terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu
operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada
umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik
yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang
dihasilkan rendah dan produk bersifat standar
2. Proses
produksi terputus-putus
Produk diproses dalam
kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam proses produk ini.
Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih
komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak
memerlukan persediaan barang dalam proses.
3. Proses
produksi campuran
Proses produksi ini
merupakan penggabungan dari proses produksi terus-menerus dan terputus-putus.
Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan
berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.
Persediaan Bahan Baku
1.
Pengertian Fungsi dan Jenis-Jenis
Persediaan.
Pengendalian persedian
merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik banyak
melibatkan investasi rupiah terbesar. Menurut Handoko (2000), bila perusahaan
menamankan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya
penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “Opportunity Cost” (dana
dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan”. Sebaliknya, bila
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang cukup dapat mengakibatkan
biaya-biaya karena kekurangan bahan.
Istilah persediaan (Inventory)
adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau
sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan
permintaan. Permintaan akan sumberdaya internal ataupun eksternal ini meliputi
persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir,
bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen-komponen lain yang menjadi
bagian keluaran produk perusahaan.
Fungsi-fungsi
persediaan antara lain (Handoko, 2002) :
Fungsi Decoupling
Fungsi persediaan ini
operasi-operasi perusahaan secara internal dan ekstrenal sehingga perusahaan
dapat memenuhi permintaan langanan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan
barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak
pasti dari langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuation
Stock.
Fungsi Economis Lot
Sizing
Persediaan berfungsi
untuk mengurangi biaya-biaya per unit saat produksi dan membeli
sumberdaya-sumberdaya. Persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan lebih murah dan
sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih
besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya
sewa gudang, investasi, resiko kerusakan).
Fungsi Antisipasi
Persediaan berfungsi
sebagai pengaman bagi perusahaan yang sering menghadapi ketidakpastian jangka
waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang. Persediaan ini penting agar
kelancaran proses produksi tidak terganggu.
Persediaan ada
berbagai jenis. Setiap jenisnya mempunyai karakteristik khusus dan cara
pengelolaannya juga berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas
(Handoko, 2002):
1.
Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang
berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau
dibeli dari para Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk
digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2 Persediaan
komponen-komponen rakitan (purchased paris), yaitu persediaan
barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari
perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi produk.
3.
Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses
produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu
diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
4.
Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen barang jadi.
5. Persedian
barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah
selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau
dikirim kepada pelanggan.
1.
Peranan Persediaan
Pada dasarnya
persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus
dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikan
kepada pelanggan. Persediaan bagi perusahaan, antara lain berguna untuk:
1. Menghilangkan
resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan
perusahaan.
2.
Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan
bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
3.
Mempertahankan stabilitas atau kelancaran operasi perusahaan.
4.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5.
Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.
6.
Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan pengunaan atau penjualannya.
Persediaan sangat
penting artinya bagi suatu perusahaan karena berfungsi menggabungkan antara
operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada
konsumen. Adanya persediaan, dapat memungkinan bagi perusahaan untuk
melaksanakan operasi produksi, karena faktor waktu antara operasi itu dapat
dihilangkan sama sekali atau dimininumkan (Assauri, 1999).
1.
Arti Penting Persediaan Produk Jadi
Setiap perusahaan
mempunyai kebijaksanaan yang berbeda-beda dalam menentukan tingkat persediaan
produk jadi. Tujuan adanya persediaan produk jadi adalah untuk meredam
fluktuasi permintaan. Persediaan dapat difungsikan untuk memenuhi kekurangan
pasokan produk jadi di pasaran sebagai akibat permintaan yang disimpan
perusahaan. Oleh karena itu tingkat persediaan produk jadi yang ditetapkan
manajemen perusahaan memegang peran yang sangat penting dalam menjaga
kestabilan pemasokan produk ke pelanggan (Kusuma, 1999).
Fluktuasi permintaan
dapat dipenuhi dengan persediaan barang yang diproduksi pada saat sepi, dan
persediaan tersebut digunakan pada saat permintaan ramai. Biaya persediaan
mencakup asuransi, beban bunga, kerusakan, serta pajak. Akumulai persediaan dan
produksi yang tidak memenuhi permintaan, akan menyebabkan biaya sebagai akibat
pembatalan pesanan dan ketidakpuasan pelanggan (Kusuma, 1999).
Tingkat Produksi Optimal
Tingkat produksi
optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi
tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan (Yamit,
2002). Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up
cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan
jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya
persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode EPQ
mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi.
Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh
terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
Barang yang diproduksi
mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
Selama produksi
dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi
tingkat permintaan.
Selama berproduksi,
besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama
pemenuhan.
Penentuan Volume
Produksi yang Optimal dengan Metode
Economic Production
Quantity (EPQ)
Persediaan produk
dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan
pasar. Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi
dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada
tingkat biaya minimal. Menurut Yamit (2002), permasalahan itu dapat
diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ).
Metode EPQ dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal,
dalam artian cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Menurut Riyanto
(2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel
saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai
berikut:
Biaya-biaya yang
berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang
disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
Biaya-biaya yang
berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya
penyimpanan (holding cost).
Menurut Handoko
(2002), biaya persiapan produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan sebelum
produksi berlangsung. Biaya ini timbul karena perusahaan memproduksi sendiri
bahan baku yang akan digunakan. Biaya ini terdiri dari : (1) biaya mesin-mesin
menganggur, (2) biaya persiapan tenaga kerja langsung, (3) biaya scheduling,
(4) biaya ekspedisi dan sebagainya.
Biaya penyimpanan
terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas
persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata
persediaan semakin tinggi. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan
diantaranya :
1.
Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau
pendingin)
2.
Biaya modal (opportunity
cost of capital)
3.
Biaya keusangan
4.
Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
5.
Biaya asuransi persediaan
6.
Biaya pajak persediaan
7.
Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
8.
Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.
Kedua jenis biaya
tersebut mempunyai hubungan dengan tingkat persediaan. Biaya persiapan produksi
berbanding terbalik dengan tingkat persediaan. Biaya penyimpanan berbanding
lurus dengan tingkat persediaan (Siagian, 1997). Semakin banyak biaya yang
dikeluarkan untuk persiapan produksi, tingkat persediaan semakin kecil dan
sebaliknya. Bila biaya penyimpanan semakin besar, tingkat persediaan semakin
besar atau sebaliknya
Produksi adalah upaya
atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan
kepada upaya-upaya pengaturan yang sifatnya dapat menambah atau menciptakan
kegunaan (utility) dari suatu barang atau mungkin jasa. untuk melaksanakan
kegiatan produksi tersebut tentu saja perlu dibuat suatu perencanaan yang
menyangkut apa yang akan diproduksi, berapa anggarannya dan bagaimana
pengendalian / pengawasannya. Bahkan harus perlu difikirkan, kemana hasil
produksi akan didistribusikan, karena pendistribusian dalam bentuk penjualan
hasil produksi pada akhirnya merupakan penunjang untuk kelanjutan produksi.
Pada hakikatnya kegiatan produksi akan dapat dilaksanakan bila tersedia
faktor-faktor produksi, antara lain yang paling pokok adalah berupa orang /
tenaga kerja, uang / dana, bahan-bahan baik bahan baku maupun bahan pembantu
dan metode.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar