1
Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan
David C. McDelland (1961: 207),
mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi
(achievement), optimisme (optimism), sikap-sikapnilai (value attitudes) dan
status kewirausahaan (entrepreneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan
menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan
kewirausahaan (entrepreneunalaction) merupakan fungsi dan property right(PR),
competencylahility(C), incentive (I), dan external environment(E).
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan
(propertyrig-ht, PR), kemampuan/kompetensi (competency/ability, Q, dan insentif
(incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment,
E). Menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam kemampuan afektif (affective abilities)
mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang kesemuanya
sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan
afektif (affective abilities) dan kemampuan kognitif (cognitive abilities)
merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial.
Jadi, kemampuan berwirausaha (entrepreneurial merupakan fungsi dari perilaku
kewirausahaan dalam mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan
keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.
2
Model Proses Kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh
Bygrave (1996:3), proses kewirausahaan diawali proses dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik internal berkembangnya kewirausahaan. maupun eksternal
seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan (Bygrave,
1996:3). Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas,
inovasi, .jmplementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi
wirausaha yang besar (Soeharto Prawirokusumo (1977: 5). Secara internal,
inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti locus of
control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang
berasal dari lingkungan yang mempengaruhi di dengan adanya inovasi, antaranya
model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang
didukung oleh kejadian menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi
lingkungan, organisasi, dan pemicu, diimplementasikan keluarga.
Kewirausahaan berkembang dan diawali
dengan adanya inovasi. Inovasi ini dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan
sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus of
control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan,
pengalaman, usia, komitmen, dan ketidakpuasan. Sedangkan faktor pemicu yang
berasal dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, inkubator,
sumber daya, dan kebijakan pemerintah. Sedangkan, faktor pemicu berasal dari
lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok. seperti
halnya pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan
sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing,
pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu pendanaan.
Sedangkan faktor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, isi, kepemimpinan,
dan kemampuan manajerial. Selanjutnya faktor yang berasal dari organisasi
adalah kelompok, struktur, budaya, dan strategi. Jadi kewirausahaan diawali dengan
inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, sosiologi,
organisasi, dan lingkungan.
Seorang yang berhasil dalam berwirausaha
adalah orang yang dapat menggabungkan nilai-nilai sifat-sifat utama (pola
sikap) dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan
praktis (knowledge and practice).
Jadi, pedoman-pedoman, pengharapan-pengharapan dan nilai-nilai, baik yang
berasal dari pribadi maupun kelompok berpengaruh dalam membentuk perilaku
kewirausahaan.
3
Ciri-Ciri Penting Tahap Permulaan Dan Pertumbuhan Kewirausahaan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
115 usaha kecil unggulan di Kabupaten Bandung yang dilakukan oleh penulis
diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya pertumbuhan kewirausahaan pada usaha
kecil tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu:
(1)
Tahap
imitasi dan duplikasi (imitating and
duplicating).
(2)
Tahap
duplikasi dan pengembangan (duplicating
and developing).
(3)
Tahap
menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda (creating new and different).
Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi
dan duplikasi, para wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk
memulai atau merintis usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain,
dalam menciptakan jenis barang yang akan dihasilkan imita meniru yang sudah
ada. Teknik produksi, desain, pemrosesan, organisasi usaha, dan dupli pola
pemasarannya meniru yang sudah ada. Beberapa keterampilan tertentu diperoleh
dan melalui magang atau pengalaman baik dari lingkungan keluarga maupun orang
lain. Akan tetapi tidak sedikit pula wirausaha yang berhasil karena proses
pengamatan.
Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan
pengembangan, para wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap
duplikasi produk misalnya, wirausaha mulai mengembangkan produknya melalui
diversifikasi dan diferensiasi dengan di desain sendiri. Demikian pula dalam
organisasi usaha dan pemasaran mulai dikembangkan model-model pemasaran
sendiri. Meskipun pada tahap ini mengalami perkembangan yang lambat dan
cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit perubahan. Misalnya desain
dan teknik yang cenderung monoton, mungkin berubah tiga sampai lima tahun
sekali, pemasaran cenderung dikuasai oleh bentuk-bentuk monopsoni oleh para
pedagang pengumpul seperti usaha kecil pada umumnya. Beberapa wirausaha di
antaranya ada juga yang mengikuti model pemasaran dan cenderung berperan
sebagai market follower dan beberapa perusahaan lagi mengikuti kehendak
pedagang pengumpul. Setelah tahap duplikasi dan pengembangan, kemudian tahap menciptakan
sendiri sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus
berkembang. Pada tahap ini wirausaha biasanya mulai bosan dengan proses
produksi yang ada, keingintahuan, ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada
mulai fiftibul dan adanya keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul
secara menggebu-gebu. Pada tahap ini organisasi usaha mulai diperluas dengan
skala yang lugs pula, produk mulai diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan pasar
dan berdasarkan kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang pasar
(market challenger) bahkan pemimpin
pasar (market leader). Produk-produk
unik yang digerakkan oleh pasar (market
driven) mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang
ada. Beberapa industri kecil tertentu, misalnya industri kecil sepatu dan
industri konveksi mulai menantang pasar (market
challenger), sedangkan industri lainnya yang menggunakan teknik produksi
tradisional dan semi modern masih menjadi pengikut pasar (market follower).
4
Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha
Untuk menjadi wirausaha yang sukses,
pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas,
kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun
uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah berikutnya adalah
membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usahanya
berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus
mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitrausahanya maupun dengan semua
pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
5
Faktor Penyebab Keberhasilan Dan Kegagalan Wirausaha
Seperti telah dikemukakan sebelumnya,
keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi
wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
(1)
Tidak
kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan
pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat
perusahaan kurang berhasil.
(2)
Kurang
berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha,
kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun
kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
(3)
Kurang
dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik faktor
yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur
pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran
kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak
lancar.
(4)
Gagal
dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali
gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
(5)
Lokasi
yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan
perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
(6)
Kurangnya
pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas.
Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak
efektif.
(7)
Sikap
yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah
terhadap, usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan
gagal. Dengan Sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
(8)
Ketidakmampuan
dalam, melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang slap
menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi kewirausaha yang
berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani
mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setup waktu.
Selain faktor-faktor yang membuat
kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996: 17) mengemukakan beberapa potensi yang
membuat seseorang mundur dari kewirausahaan,
(1)
Pendapatan
yang tidak menentu. Baik pada tahap, awal maupun tahap, pertumbuhan, dalam bisnis
tidak ada jaminan untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan.
Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa rugi dan sewaktu-waktu juga bisa untung.
Kondisi yang tidak menentu dapat membuat seseorang mundur dari kegiatan
berwirausaha.
(2)
Kerugian
akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah
tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998), tingkat mortalitas/kegagalan usaha
kecil di Indonesia mencapai 78 persen. Kegagalan investasi mengakibatkan
seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan
sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.
(3)
Perlu
kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri mulai dari
pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Waktu yang lama dan keharusan
bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin menjadi
wirausaha menjadi mundur. la kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan. Wirausaha
yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus
dihadapi dan ditekuni.
(4)
Kualitas
kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan yang
tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari
kegiatan berwirausaha. Misalnya, pedagang yang kualitas kehidupannya tidak
meningkat, maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain.
6 Keuntungan Dan Kerugian Berwirausaha
Keuntungan dan kerugian kewirausahaan
identik dengan keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri.
6.1
Keuntungan Kewirausahaan
(1) Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan
tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang "bos" yang penuh
kepuasan.
(2) Tantangan awal dan perasaan motif
berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bervariasi yang tinggi merupakan hal
menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat
menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha.
(3) Kontrol finansial. Bebas dalam
mengelola keuangan, dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
6.2
Kerugian Kewirausahaan
Di samping beberapa keuntungan seperti
di atas, dengan berwirausaha juga memiliki berapa kerugian, yaitu:
(1)
Pengorbanan
personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan
sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua
waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
(2)
Beban
tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran,
keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.
(3)
Kecilnya
margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan keuangan
yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba/ keuntungan yang
diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar